Rupiah Melemah, Cadangan Devisa RI Apa Kabar?

Bali, Indonesia – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan di tengah melemahnya rupiah saat ini, cadangan devisa Indonesia masih akan kuat. Ini karena bauran kebijakan BI untuk mengintervensi nilai tukar rupiah bukan hanya dilakukan lewat intervensi pasar spot.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Wahyu Agung Nugroho menjelaskan, dalam upaya mengontrol pergerakan rupiah di tanah air, BI melakukan triple intervention melalui pasar spot, pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan masuk ke dalam pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) jika dibutuhkan.

Adapun intervensi yang membuat membuat cadangan devisa RI tetap menguat di tengah melemahnya rupiah saat ini yakni bauran kebijakan yang ditempuh melalui DNDF.

“Transaksi DNDF adalah transaksi forward valuta asing terhadap rupiah dengan penyelesaian memperhitungkan selisih kurs acuan dengan kurs yang disepakati,” jelas Wahyu dalam pelatihan BI kepada media, Sabtu (1/10/2022).

“Ini salah satu keunggulan DNDF. Jadi, tidak berdampak ke cadangan devisa dan lebih ke arah pembentukan ekspektasi nilai ke depan,” kata Wahyu lagi.

Adanya DNDF di pasar valuta asing domestik, kata Wahyu memberikan keyakinan kepada pelaku pasar, baik eksportir dan importir maupun investor asing yang memiliki aset rupiah, untuk melakukan lindung nilai atas risiko nilai tukar.

Wahyu mengilustrasikan, lewat DNDF bank sentral akan melakukan lelang terhadap perbankan untuk melihat ekspektasi pergerakan rupiah ke depan.

Misalnya, saat penawaran dari besaran kurs rupiah dari yang diekspektasikan dari posisi nilai mata rupiah saat ini, dibandingkan dengan ekspektasi level rupiah ke depan. Nah selisih itu yang kemudian dibayar dengan mata uang rupiah.

“Misalnya BI janji Rp 14.900 dan BI oke Rp 14.900, nanti satu bulan ke depan, yang nilainya Rp 14.900 tidak di settle dalam rupiah, hanya settle selisihnya berapa dalam bentuk rupiah,” jelas Wahyu.

“Ini salah satu keunggulan dari penggunaan DNDF, tak berdampak negatif ke cadangan devisa, dan lebih ke arah pembentukan nilai tukar rupiah ke depan,” kata Wahyu lagi.

Artinya, kata Wahyu, cadangan devisa yang pada Agustus 2-22 sebesar US$ 132,2 miliar relatif stabil dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2022 yang juga sebesar US$ 132,2 miliar.

Selain itu, pada September 2022, cadangan devisa diperkirakan masih akan bertambah karena adanya penerbitan global bonds oleh pemerintah yang mencapai US$ 2,3 miliar.

“Pemerintah issue global bond US$ 2,3 miliar, ini akan menambah cadangan devisa. Sehingga pada September, cadangan devisa tidak akan turun jauh sejalan dengan kebutuhan intervensi,” tutur Wahyu.

Lagi pula, lanjut Wahyu intervensi nilai tukar rupiah tidak hanya dilakukan melalui pasar spot. Ditopang perekonomian Indonesia yang beberapa bulan terakhir mencatatkan perkembangan yang baik.

“Neraca perdagangan di Juni dan Juli surplus kisaran US$ 10 miliar, ini masukan (menambah) valas secara berturut-turut atau akumulatif, dengan dua bulan lebih surplus… Sehingga secara fundamental pasokan valas itu ada di Bank Indonesia,” kata Wahyu lagi.

Adapun cadangan devisa pada Agustus 2022 yang sebesar US$ 132,2 miliar mampu membiayai 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

(hsy/hsy)

Sumber: www.cnbcindonesia.com